Surabaya (prapanca.id) – Munculnya Artificial Intelegent (AI) bukan lagi sebuah hal baru di jaman digital saat ini. Pasalnya sudah banyak aplikasi atau website yang menyuguhkan AI. Tak hanya itu AI juga banyak dimanfaatkan baik oleh pelajar maupun pekerja saat ini.
Hal itulah yang mendukung Achmad Pramudito selaku Pemimpin Redaksi iniSurabaya.com serta teman-temannya menyelenggarakan AI Visual Art Competition yang mengambil tema Suroboyo City of The Brave 2050.
“Acara ini sebagai wadah bagi mereka yng aktif menggunakan AI agar lebih terarah dan positif, yang tantangannya adalah menghadirkan Surabaya di tahun 2050. Kenapa tidak 2045, karena itu sudah biasa. Kita mau yang berbeda,” jelasnya.
Sebagai informasi, lomba tersebut dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori peserta dibawah usia 15 tahun, serta Kategori Umum diatas 16 tahun tanpa batas umur. Berikut link pendaftaran untuk Kategori dibawah umur 15 tahun Ikutiaja.link/lomba
Sedangkan untuk umum, karya bisa dikirim berupa JPEG/JPG ke email [email protected] paling lambat 16 Juni pukul 18.00 WIB serta menyertakan nama lengkap, nomor Whatsapp dan judul karya.
Namun sebelum kompetisi yang juga bagian dari serangkaian HUT ke 7 iniSurabaya.com ini diadakan. Pihaknya mengadakan pertemuan pra lomba yang didatangi oleh pihak-pihak yang mendukung kegiatan tersebut pada Selasa (28/5/2024) di Hotel Suite, Surabaya.
Adapun pihak yang mendukung dalam acara ini ialah Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Surabaya, lalu pihak-pihak lainnya seperti Mamuk Ismontoro pendiri dari Matanesia yang juga alumni Stikosa AWS.
Dalam pertemuan tersebut, dihadirkan sejumlah narasumber seperti Fabiola Natasha, dosen graphic di LaSalle Collage yang membagikan sejumlah tips dalam membuat promt ketika membuat karya dari AI, karena baginya AI tidak akan bisa menghasilkan karya yang bagus jika manusianya tidak bisa mendeskripsikan dengan spesifik
“AI itu bisa jadi ancaman, kalau kita sendiri tidak punya keahlian, ya habis kita. Makanya bagaimana cara kita berdamai dengan ancaman tersebut, yaitu dengan selalu mengasah keahlian. Karena secanggih-canggihnya AI, mereka tidak bisa apa-apa tanpa manusia yang menjalankannya,” jabarnya.
Hal tersebut juga diamini oleh salah satu peserta yaitu Rahmah Chemist yang datang dengan buah hatinya tersebut. Ia berprinsip bahwa sebagus-bagusnya apapun AI, itu juga tergantung otak manusia yang menjalankannya.
“Acara ini bagus dan masih jarang ada lomba AI di Surabaya, selama ini seringnya berupa kelas pelatihan. Kalaupun ada lomba, seringnya tingkat sekolah dan tidak terbuka untuk umum, sedangkan acara ini terbuka untuk umum serta tidak terbatas usia,” ujar Rahmah seorang Blogger ini.
Maka harapannya dalam acara ini ialah teman-teman bisa memanfaatkan AI secara baik dengan berkreasi dan berimajinasi mengenai pandangannya untuk Surabaya di tahun 2050. Serta salah satu atau beberapa karya teman bisa terwujud di masa depan.
“Bayangan ku Surabaya 2050 itu, semua teknologi benar-benar bisa dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat, jadi tidak ada gap teknologi di lintas usia. Semua bisa memanfaatkan teknologi,” tutupnya. (jel)