Surabaya (prapanca.id) – Meski telah berdiri genap 100 tahun, namun Hotel Kemadjoean yang beralamatkan di KH. Mas Mansyur No 96 Ampel, Semampir, Surabaya ini nyaris tak berubah.
Ya, sejak berdiri pada 1924, pihak pengelola hotel tak pernah mengubah gaya bangunan ataupun jumlah kamar yang disediakan sejak awal berdiri. Bahkan di bagian registrasi, masih terpajang papan bertuliskan nama-nama pendiri hotel.
Dalam sejarahnya, seperti yang disampaikan oleh Septi Maulidya, resepsionis, Hotel Kemadjoean merupakan bagian dari Yayasan Al-Isryad.
“Yayasan Al-Irsyad bergerak di berbagai lini, seperti memiliki beberapa sekolah dan hotel serta depot, serta ruko yang berada di kanan-kiri hotel ini juga milik Al-Irsyad, namun dikontrakan,” ujar Septi yang telah bekerja hampir 7 tahun ini.
Tak hanya itu, ia juga menyebut bila bangunan yang telah dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya pada 2017 ini, hanya memiliki 29 kamar dari sejak berdiri sampai sekarang.
“Kalau renovasi kamar itu pasti, seperti mengecat kembali temboknya, namun dengan warna cat yang dulu, lalu genting, lantai dan lainnya. Kalau bentuk bangunannya tidak pernah diubah, jadi kamar-kamarnya bernuansa vintage,” jelas Septi
Mengusung hotel berbasis Syariah, pastinya pihak hotel hanya mengijinkan tamu yang telah bersuami istri untuk menginap di hotel vintage berlantai dua ini. Dengan biaya permalam berkisar seratus hingga dua ratus ribu rupiah. Sejak berdiri, Septi menyampaikan jika hotel ini tak pernah tutup atau bangkrut.
“Hotel ini tidak bisa tutup, karena sudah jadi cagar budaya juga. Kebanyakan yang menginap disini dari tengkulak-tengkulak besar luar pulau, seperti dari Sulawesi NTT dan lainnya,” ucap perempuan 29 tahun ini.
Atas konsistennya pihak hotel yang tetap mempertahankan bangunan seperti pada masa kolonial ini. Membuat Hotel Kemadjoean, juga sering dijadikan lokasi syuting oleh beberapa televisi pada program mengulik sejarah di Surabaya terkhususnya tentang Ampel.
Selain itu, beberapa pelajar dan mahasiswa kerap datang untuk menanyakan sejarah berdirinya dan kondisi Hotel Kemadjoean yang diapit oleh beberapa kedai makanan ini.
“Dulu pernah dibuat syuting beberapa televisi sebagai lokasi bersejarah di Surabaya, sekitar tahun 2019 yang sebelumnya juga sudah sering sebelum saya kerja di sini,” tutup Septi. (jel)