Surabaya (prapanca.id) – Menjadi wartawan adalah pekerjaan yang menyenangkan. Berkeliling ke banyak daerah dan manca negara. Berkenalan dengan banyak orang dari tingkat petani sampai menteri. Dan di era kemajuan teknologi komunikasi yang pesat ini, seorang wartawan tidak terikat tempat.
Ia bisa tinggal dimana saja di seluruh belahan bumi ini. Hal itu dibuktikan oleh Maria D. Andriana, alumni Akademi Wartawan Surabaya (sekarang Stikosa-AWS).
Setelah melanglang buana dan sempat menjadi Kepala Biro Antara di Jepang, ia memilih tinggal di daerah terpencil di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Sementara sejak 2009 sampai sekarang, ia masih aktif sebagai Pengajar Jurnalistik di Lembaga Pers Dr Sutomo (LPDS) Jakarta, serta beberapa kali menjadi juri dalam lomba karya jurnalistik paling bergengsi di Indonesia : Anugerah Jurnalistik Adinegoro.
Maria Dian Andriana, kelahiran Kediri 5 November 1960. Ia angkatan tahun 1979/1980 di Akademi Wartawan Surabaya.
Sepanjang karir jurnalistiknya diabdikan di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, sejak 1984 sampai pensiun, 2019. Dimulai sebagai wartawan kemudian menjabat beberapa posisi jabatan, antara lain Kepala Biro Antara di Tokyo, Manager Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara, Kepala Redaksi karangan khas, dan sebagainya.
Walaupun berijazah formal D3 dari AWS (Stikosa-AWS), namun berderet ijazah informalnya, antara lain Bahasa Jepang untuk Media Massa (Koran, TV dan Radio) dari Nichibei Kaiwa Gakkuin, Yotsuya, Tokyo, Sertifikat 4 untuk assessment dan training dalam program IASTP III di Victoria University, Multimedia Journalism, Radio Nederland Training Center, Hilversum, Belanda (2011), dan sebagainya.
Berderet pula karya bukunya, baik fiksi maupun non fiksi. Beberapa karya non fiksi, Hubungan Unik PR dan Wartawan, Perempuan Mulia, Menegakkan Benang Merah – Kepemimpinan Megawati, dan sebagainya.
Sedangkan karya fiksi : Novel “Ata Mai” (Galang Press), “May Hero Jiro” (Libri Novel), I’ll find you daddy (Moboreader). Berderet pula penghargaan dan kegiatannya, antara lain : Peraih penghargaan Jurnalistik Anugerah Prapanca dari PWI Jawa Timur (1984) dan beberapa penghargaan jurnalistik lain, Kordinator Anugerah Jurnalistik Adinegoro (2011 – 2016), pendiri Sekolah tari dan pendamping desa wisata Sumba, NTT.
Kini kegiatan sehari-hari Maria, disamping menulis dan melukis adalah mengelola “Rumah Mada Homestay” yang ia dirikan sejak 2018 di Desa Weelonda, Kecamatan Kota Tambokala, Sumba Barat Daya, NTT. (sas)