Surabaya (prapanca.id) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, terus menggalakkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat melalui pelatihan simulasi kebencanaan. Langkah ini bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi berbagai situasi darurat akibat bencana alam.
Pasca gempa yang mengguncang Kota Surabaya sebanyak tiga kali pada Jumat (22/3/2024) lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gempa-gempa tersebut terjadi di timur laut Tuban, Jawa Timur. Gempa pertama terjadi pada pukul 11.22 WIB dengan kekuatan mencapai 6,0 skala Richter (SR), diikuti oleh gempa kedua pada pukul 12.31 WIB dengan kekuatan 5,0 SR, dan gempa terakhir pada pukul 15.52 WIB dengan kekuatan 6,5 SR.
Agus Hebi Djuniantoro, Kepala BPBD Kota Surabaya, menyatakan bahwa BPBD secara rutin mengadakan simulasi bencana di berbagai sektor, termasuk lingkungan pendidikan, kesehatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen, rusun, dan masyarakat di perkampungan. Simulasi ini melibatkan berbagai kalangan mulai dari siswa PAUD, SD, dan SMP, hingga tenaga medis, pengelola pusat perbelanjaan, dan masyarakat umum.
“Dalam hal peringatan dini, kami selalu berkoordinasi dengan BMKG,” kata Hebi.
Sementara itu, Yanu Mardianto, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Surabaya, menjelaskan bahwa Surabaya telah membentuk Kelurahan Tangguh Bencana sebagai bagian dari upaya antisipasi dan penanggulangan bencana. Sosialisasi dan pelatihan telah dilakukan di 153 kelurahan terkait dengan Kelurahan Tangguh Bencana, khususnya terkait dengan gempa bumi.
Pada saat terjadi gempa, masyarakat diberikan edukasi tentang tindakan yang harus diambil untuk keselamatan. Mereka diminta untuk tetap tenang dan mengambil langkah-langkah pencegahan seperti berlindung di bawah meja atau menjauhi bangunan yang berpotensi roboh.
Selain itu, BPBD Surabaya telah melatih perwakilan warga di setiap kelurahan untuk menjadi pionir dalam menyebarkan pengetahuan tentang tanggap darurat kebencanaan kepada masyarakat luas.
“Mereka menjadi pionir untuk memahami kejadian kebencanaan, sehingga ilmu tersebut dapat disampaikan kepada warga lainnya,” jelasnya.
Dalam konteks renovasi atau rehabilitasi, Yanu mengimbau warga untuk memperhatikan kondisi struktur bangunan rumah mereka, terutama bangunan tua. Hal ini bertujuan agar bangunan lebih tahan terhadap guncangan gempa dan mengurangi risiko kerusakan pada masa mendatang.(mi)