Surabaya (prapanca.id) – Pintu Air Jagir, sebuah bangunan bersejarah di kawasan Kali Jagir, Surabaya, kini menjadi saksi bisu perubahan zaman. Dalam dekade terakhir, lokasi ini mengalami transformasi yang memukau, mengubahnya dari kisah misteri menjadi pemandangan yang rapi dan indah.
Pintu Air Jagir, yang dibangun pada tahun 1917, berdiri kokoh di tengah Kali Jagir. Bangunan ini awalnya merupakan bagian dari proyek penanggulangan banjir yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1923, di sebelahnya, didirikan instalasi penjernihan air oleh Gementee Waterleiding (GWL) Soerabaia, perusahaan milik pemerintah kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, GWL diambil alih dan berganti nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Kisah misteri di sekitar Kali Jagir melibatkan sosok yang fenomenal di tahun 70-an, dikenal sebagai Mbah Kalap atau Mbah Pesek. Meskipun memiliki postur tubuh kecil dan nyaris tak punya hidung, ia dijuluki penakluk siluman buaya putih yang konon menghuni Kali Jagir.
Legenda Mbah Kalap tidak hanya terkait dengan kisah mistis, tetapi juga dengan aksinya menyelamatkan korban “kalap” atau tenggelam di sungai. Rumor menyebutkan bahwa Mbah Kalap memiliki kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan siluman yang menghuni Kali Jagir sebelum menyelam ke dasar sungai dan menemukan mayat korban.
Selama dekade 70-an, Kali Jagir menjadi tempat terjadinya banyak insiden “kalap”, di mana orang hanyut dan mati tenggelam. Beberapa mengatakan bahwa siluman Kali Jagir meminta tumbal, dan disinilah keahlian Mbah Kalap berperan. Tanpa alat bantu, ia menyelam ke dasar sungai dan berhasil menyelamatkan beberapa korban.
Namun, seiring berjalannya waktu, program normalisasi sungai Surabaya di era Walikota Tri Rismaharini membawa perubahan besar. Pada tahun 2009, Pemprov Jatim menggusur seluruh bangunan di sepanjang Kali Jagir, termasuk tempat tinggal Mbah Kalap. Meskipun proses penggusuran tidak berjalan tanpa tantangan, namun akhirnya berhasil dilaksanakan.
Kini, Pintu Air Jagir dan sepanjang Sungai Jagir telah berubah menjadi pemandangan yang rapi dan indah. Lampu terang dipasang di beberapa bagian Pintu Air, menciptakan suasana yang menyenangkan di malam hari. Bangunan liar yang dulu menghiasi pinggir sungai telah dibersihkan, dan bekasnya diubah menjadi taman yang terpagar.
Pintu Air Jagir telah diakui sebagai Cagar Budaya sejak tahun 1996, menghilangkan kesan angker yang dulu melekat. Kisah korban “kalap” dan keberadaan misterius Mbah Kalap pun meredup seiring dengan perubahan tersebut. Meskipun tak ada informasi jelas tentang nasib Mbah Kalap setelah penggusuran, kawasan ini kini menjadi salah satu daya tarik yang indah dan bersejarah di Kota Surabaya. (sas)