Surabaya (prapanca.id) – Achmad Pramudito, seorang jurnalis berpengalaman, telah meluncurkan bukunya yang berjudul “Jurnalis, Cinta & Kehidupan” pada Rabu (24/2), di Surabaya Suite Hotel, Jl. Plaza Boulevard Jl. Pemuda No.33 – 37 Surabaya. Acara peluncuran buku ini juga dimeriahkan dengan diskusi berjudul “Transformasi Media: Dampaknya bagi Jurnalis & Dunia Industri”
Diskusi menghadirkan pembicara seperti Febby Mahendra, Direktur Pemberitaan Tribun Network, Dr. Dhimam Abror, mantan Pemred Jawa Pos dan penanggung jawab media online kempalan.com, serta Firman S. Permana, GM Surabaya Suite Hotel.
Buku setebal 104 halaman ini mengulas perjalanan hidup Achmad Pramudito, yang akrab disapa Mas Pra, selama 40 tahun bergerak di dunia literasi. Dibagi menjadi tiga bab, buku ini membahas perjalanan di dunia jurnalistik, makna cinta, dan kehidupan yang dijalani selama 60 tahunnya. Mas Pra memulai karirnya sebagai wartawan harian “Memorandum” pada tahun 1989, sembari menjadi guru di SMA Negeri Sampang, Madura. Namun, ketertarikannya pada dunia jurnalistik membuatnya meninggalkan pekerjaan sebagai guru.
Profesi jurnalis terus menjadi cinta sejatinya. Setahun kemudian, ia bergabung dengan Harian Surya. Meskipun media cetak terus tergerus oleh media digital, Mas Pra berhasil bertransformasi ke media online. Pada tahun 2017, setelah pensiun dari Harian Surya ia mendirikan media online iniSurabaya.com, yang masih eksis hingga sekarang.
Dalam diskusi setelah peluncuran buku, Febby Mahendra memaparkan bagaimana Tribun Network bertransformasi dari koran cetak ke media online sejak tahun 2010. Pada tahun 2018, mereka mulai mengembangkan media audio visual. Febby menjelaskan bahwa mereka secara bertahap menghadapi era digital dengan strategi agar tetap eksis.
Salah satu langkah yang diambil adalah meniadakan komputer di kantor untuk para reporter dan menggantinya dengan smartphone. Hal ini memungkinkan para reporter untuk membuat berita langsung dari lapangan. Selain itu, mereka juga membentuk divisi audio visual, meningkatkan keterampilan reporter di lapangan dalam pembuatan video, live report, dan talkshow. Mereka juga fokus pada konten evergreen, yang tidak terlalu dipengaruhi oleh tren atau isu kontroversial.
Achmad Pramudito, yang juga tergabung dalam komunitas wartawan usia emas (Warumas), telah berkontribusi dengan karya-karya puisinya dalam empat buku antologi puisi yang diterbitkan oleh Warumas. Dengan pengalaman dan kecintaannya pada dunia jurnalistik, Mas Pra melalui bukunya berbagi lika-liku sebagai wartawan dan kisah cintanya selama 30 tahun dengan istrinya dengan gaya tulisan yang mengalir.
Sebuah buku yang tidak hanya menjadi kumpulan kisah pribadi, tetapi juga inspirasi bagi mereka yang tertarik dengan dunia literasi dan media. (sas)