Surabaya (prapanca.id) – Pemerintah Kota Surabaya menanggapi informasi terkait Sodikin (68), seorang lansia yang tinggal sebatang kara di Kapas Gading Madya, Dukuh Setro, Kecamatan Tambaksari Surabaya. Kabar tersebut menyebutkan bahwa Sodikin sedang sakit dan ditinggalkan oleh keluarganya.
Lurah Dukuh Setro, Ahrul Fahziar, menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan mediasi untuk mengklarifikasi informasi tersebut. Sodikin mengaku telah meninggalkan keluarganya di Peneleh lebih dari 20 tahun lalu karena bekerja di Lamongan.
“Pak Sodikin baru kembali ke Surabaya akhir tahun 2023. Karena tidak memiliki tempat tinggal, akhirnya dia tinggal di Dukuh Setro, wilayah kami. Karena memang asalnya beliau dari sana,” kata Ahrul Fahziar usai mediasi di Kantor Kelurahan Peneleh Surabaya, Selasa (23/1).
Ahrul Fahziar menegaskan bahwa administrasi kependudukan Sodikin tercatat sebagai warga Peneleh, Kecamatan Genteng. Namun, Sodikin memilih tinggal di Dukuh Setro karena memiliki rumah di sana sebelumnya. “Karena memang asalnya beliau (Sodikin) dari sana (Dukuh Setro). Jadi masih banyak kenalan di wilayah tersebut, sehingga dia merasa tempat kembali (pulangnya) ke Dukuh Setro,” ungkapnya.
Meskipun tercatat sebagai warga Peneleh, pihak Kelurahan Dukuh Setro tetap memberikan perhatian kepada Sodikin, termasuk intervensi pengobatan dan perawatan kesehatan. “Alhamdulillah kondisi kesehatan Pak Sodikin baik. Sudah diintervensi obat oleh teman-teman Puskesmas,” ujarnya.
Menurut Lurah Peneleh, Skundario Kristianindraputra, status Kartu Keluarga (KK) Sodikin masih tercatat di keluarganya di Peneleh. Dari keterangan keluarga, Sodikin telah meninggalkan rumah dan keluarganya lebih dari 20 tahun.
“Bahkan saat istri beliau sakit dan meninggal, beliau (Sodikin) juga tidak datang ke rumah. Lalu ada berita kalau keluarga yang menelantarkan, tapi setelah kita konfirmasi, justru sebaliknya, yang menelantarkan itu adalah Pak Sodikin,” ungkap Skundario.
Skundario mengungkap bahwa Sodikin memiliki tiga orang anak perempuan yang tinggal bersama di Peneleh Surabaya. Selama lebih dari 20 tahun, Sodikin tidak pernah memberikan nafkah kepada istri dan ketiga anaknya.
“Dan beliau kadang pulang ke Peneleh hanya sesekali dan diterima anaknya dengan baik. Jadi tidak ada istilah penelantaran atau tidak diterima kembali keluarga. Saya rasa kalau di pemberitaan itu hanya satu sisi, sepihak, tidak ada konfirmasi ke (keluarga) Peneleh,” jelasnya.
Dalam pertemuan dengan pihak keluarga, mereka bersedia jika Pemerintah Kota Surabaya mengambil tindakan untuk merawat Sodikin di Liponsos atau Griya Werdha. “Keluarga tidak masalah jika pemkot mengambil tindakan menaruh beliau (Sodikin) di Liponsos atau Griya Werdha. Kita juga sudah konfirmasi ke keluarga, kalau memang dibutuhkan kesediaan dari keluarga, keluarga siap menyatakan kesediaan itu,” sebut Skundario.
Namun, paman dari anak-anak Sodikin, Suhartono (60), menyayangkan berita yang menyudutkan keluarganya di media massa dan sosial. Ia menegaskan bahwa berita tersebut tidak berimbang dan tidak melakukan konfirmasi kepada pihak keluarga.
“Berita yang ada sekarang itu tidak benar. Karena beritanya itu dari salah satu pihak saja, yang tidak ada hubungan dengan keluarga, hitungannya orang lain,” kata Suhartono.
Tono, paman dari anak-anak Sodikin, mengungkap fakta bahwa anak dan keluarga Sodikin tidak pernah mengusir atau menelantarkan orang tuanya. Sebaliknya, selama 20 tahun, Sodikin yang tidak pernah memberikan nafkah kepada istri dan ketiga anaknya.
“Anak dan istrinya yang ditelantarkan, selama 20 tahun dia (Sodikin) tidak pernah hadir. Tidak pernah memberikan nafkah, tidak pernah menyekolahkan anaknya kecil yang sekarang sudah berumur 25 tahun. Padahal anaknya ditinggal sekitar umur 2 tahun, tanpa dinafkahi,” ujar Tono.
Tono juga meminta media yang memberitakan terkait anak-anak Sodikin untuk meluruskan informasi tersebut, termasuk akun media sosial yang mengutip informasi dari media massa. “Kami mohon yang memberitakan itu untuk meluruskan. Karena baca di sosial media, tanggapannya macam-macam, karena dia (netizen) tidak tahu (fakta) yang sebenarnya,” tutupnya. (mi)