Jakarta (prapanca.id) – Masyarakat diminta lebih teliti mengecek kebenaran informasi yang diterima sebelum menyebarkan ke pihak lain. Demikian kata Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (wamenkominfo) Nezar Patria, usai peluncuran buku Bernalar Sebelum Klik: Panduan Literasi Digital di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Senayan, Jakarta Selatan.Jakarta, Senin (18/12) lalu.
Menurut Wamenkominfo, setiap konten yang diterima perlu disikapi dengan kritis, terutama informasi yang diragukan kebenarannya. Untuk itu Wamen Nezar Patria meminta masyarakat yang menerima konten tersebut untuk mengecek kebenarannya ke sumber-sumber otoritatif agar tidak terjebak menyebarkan konten hoaks.
“Jadi kebiasaan share ini memang baik kalau informasinya positif, yang menyebarkan kebaikan, tapi kalau menyebarkan keburukan kan itu satu hal yang kita hindari,” tandasnya.
Wamenkominfo mengatakan saat ini teknologi untuk memproduksi disinformasi semakin canggih dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) termasuk deep fake. Menurutnya, beberapa konten yang dibuat dengan baik oleh AI dapat mengelabui para pakar yang mengira konten tersebut adalah benar terjadi.
“Itu bisa mengelabui bahkan oleh orang-orang yang kita anggap sudah expert sekalipun, itu banyak yang terkecoh,” tegasnya. Oleh karena itu, Nezar Patria meminta masyarakat lebih meningkatkan kehati-hatian dalam mencerna berbagai informasi di internet di tengah semakin pesatnya kemajuan teknologi saat ini.
Cara Mengenali Misinformasi dan Disinformasi
Disitir dari laman TechTarget, Misinformasi dan disinformasi adalah dua istilah yang dapat digunakan secara bergantian — namun keduanya memiliki arti dan maksud yang berbeda.
Misinformasi adalah informasi yang tidak akurat yang dibagikan tanpa ada maksud untuk menimbulkan kerugian. Informasi yang salah dapat dibagikan secara tidak sengaja karena kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang topik tersebut. Biasanya, orang menyebarkan informasi yang salah tanpa disadari karena mereka yakin informasi tersebut benar.
Sedangkan disinformasi sengaja disebarkan untuk menipu. Biasanya, disinformasi mempunyai tujuan. Misalnya, beberapa postingan yang sudah direkayasa sedemikian rupa untuk mendeskreditkan pribadi, kelompok atau institusi pemerintah.
Maka langkah yang tepat adalah periksa ulang sebelum berbagi dengan orang lain. Langkah pertama untuk memerangi penyebaran disinformasi khususnya di media sosial adalah dengan mengidentifikasi berita palsu. Berikut beberapa tips mengenali berita palsu dan mengidentifikasi disinformasi.
1. Periksa sumber terpercaya lainnya. Telusuri situs dan outlet berita terkemuka lainnya untuk melihat apakah mereka melaporkan berita ini. Periksa sumber kredibel yang dikutip dalam cerita. Kantor berita yang kredibel dan profesional memiliki pedoman editorial yang ketat untuk memeriksa fakta sebuah artikel.
2. Pertimbangkan reputasi narasumber dan keahlian mereka dalam masalah tersebut. Aktor jahat mungkin membuat halaman web untuk meniru situs profesional untuk menyebarkan berita palsu. Jika ragu, buka halaman beranda organisasi dan periksa informasi yang sama.
3. Lihatlah penulisnya. Lakukan pencarian pada penulis. Periksa kredibilitasnya, berapa banyak pengikut yang mereka miliki, dan berapa lama akun tersebut aktif.
4. Cari foto profil. Selain melihat informasi dan kredibilitas penulis, periksa gambar profilnya. Selesaikan pencarian gambar terbalik foto profil di Google Reverse Image Search . Pastikan gambar tersebut bukan gambar stok atau gambar selebriti. Jika gambarnya tidak tampak asli, kemungkinan besar artikel tersebut tidak dapat diandalkan karena bersifat anonim.
5. Cermati isinya. Sebuah cerita atau berita yang kredibel memiliki banyak fakta yang disampaikan dengan kutipan ahli, statistik resmi, dan data survei. Ia juga dapat memiliki laporan saksi mata.
Jika tidak ada fakta yang rinci atau konsisten di luar judul, pertanyakan informasi tersebut. Carilah bukti yang mendukung bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Pastikan fakta tidak hanya digunakan untuk mendukung sudut pandang tertentu (framing berita)
6. Mengembangkan pola pikir kritis. Jangan biarkan keyakinan pribadi mengaburkan penilaian. Bias dapat memengaruhi cara seseorang merespons sebuah artikel. Jangan biarkan emosi mempengaruhi pandangan terhadap cerita. Lihatlah sebuah cerita secara kritis dan rasional. Jika berita tersebut mencoba membujuk pembacanya atau mengarahkan pembacanya ke situs lain, kemungkinan besar itu adalah berita palsu.(sas)