Oleh : Sasetya Wilutama
Orang Jawa Kuno sudah mengenal teknik marketing dalam perdagangan. Sungai-sungai besar di Jawa, misalnya Sungai Kalimas, Brantas, Bengawan Solo, pada jaman dahulu adalah pusat perdagangan yang sibuk dan ramai oleh kapal-kapal dagang dari berbagai negara, dengan komoditas utama hasil bumi dan rempah-rempah. Tercatat, Kerajaan Majapahit sangat kesohor dan kaya raya karena monopoli rempah-rempah yang saat itu menjadi primadona komoditi perdagangan dunia.
Begitu seksinya potensi rempah-rempah Indonesia sehingga membuat Vereenigde Oost-Indische (VOC), perusahaan multi nasional Belanda yang mempunyai cabang di beberapa negara Asia, akhirnya masuk Indonesia pada tahun 1601. VOC mendompleng kekuasaan Belanda di Indonesia dan memonopoli perdagangan rempah yang menyumbang pemasukan terbesar bagi Pemerintah Kolonial Belanda.
Darimana sumber informasi mengenai rempah-rempah Indonesia tersebut ? Padahal di zaman itu belum dikenal keberadaan media massa untuk promosi produk. Demikian juga produk jamu dan kuliner Jawa. Jamu “Iboe” yang berdiri tahun 1908, Nasi Gudheg legendaris Mbah Lindu di Yogyakarta yang sudah ada sejak tahun 1940-an, dan puluhan kuliner yang terkenal. Berbagai produk tradisional tersebut berkembang tanpa memasang iklan, di saat teknologi komunikasi belum secanggih sekarang.
Ternyata para pedagang jadul di Jawa mempraktekkan strategi marketing yang disebut 4 K dalam memulai usahanya. Yakni : Kemoto, Kewoco, Ketoto dan Keroso.
Kemoto
Artinya, terlihat di mata. Produk tersebut ada, nyata wujudnya dengan segala ciri fisiknya. Dalam ilmu marketing modern disebut product knowledge atau pengetahuan tentang produk, yang harus dimiliki oleh setiap sales/pedagang.
Kewoco
Artinya, terbaca. Produk tersebut harus mudah ditemukan orang. Berada di tempat strategis yang mudah dilihat orang. Dalam ilmu marketing modern, dicapai dengan pembuatan konten promosi pengenalan produk di berbagai platform media.
Ketoto
Artinya, tertata. Setelah produknya ada dan mulai dikenal orang, maka harus ditata atau di “maintenance” agar disukai orang. Mulai dari : kemasan, pelayanan, rasa, harga, dan sebagainya.
Keroso
Artinya, merasuk di hati/rasa konsumennya. Karena disajikan dengan baik dan mudah didapatkan, akhirnya bisa memikat hati para konsumennya.
Getok Tular
Teknik komunikasi marketing lainnya adalah getok tular, yakni pemasaran dari mulut ke mulut. Satu orang pelanggan bisa menceritakan hal baik atau hal buruk mengenai produk kepada beberapa orang.
Komunikasi pemasaran Getok Tular ini dipandang sangat efektif, karena pada dasarnya perkataan (promosi) dari seseorang yang dikenal akan lebih dipercaya daripada perkataan penjualnya. Maka banyak penjual mencari cara sedemikian rupa agar orang lain mau mempromosikan brand atau produknya. Konsumen yang puas bisa menceritakan hal yang baik kepada beberapa orang. Sebaliknya, konsumen yang tidak puas akan menceritakan hal yang buruk kepada beberapa orang lainnya.
Dalam ilmu marketing modern, konsep Getok Tular itu bukan hanya lewat komunikasi langsung atau tatap muka, tapi kini bisa menyebar melalui : surat pembaca di surat kabar/majalah, presentasi dengan klien atau rekanan, perbincangan di radio atau televisi, berita di media massa dan sebagainya. Dan yang cukup banyak digunakan adalah teknik testimoni dari para pelanggan, yaitu pengakuan konsumen atas produk dengan berbagai kemasan, baik lewat media massa maupun media sosial.(sas)