Surabaya (prapanca.id) – Sebanyak 27 kelurahan di Surabaya telah berhasil mencapai status zero stunting. Selain itu, tiga puskesmas di wilayah tersebut juga telah berhasil mencapai zero stunting aktif. Sementara, angka stunting di Kota Surabaya saat ini berada di angka 320-an.
Data tersebut disampaikan pemkot dalam evaluasi percepatan penurunan kasus stunting menjelang akhir tahun 2023 di Convention Hall Arief Rahman Hakim Surabaya, Kamis (21/12).
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi ini merupakan langkah kritis dalam mengevaluasi penanganan stunting menjelang akhir tahun 2023. Meskipun angka stunting masih berkisar 320-an, Wali Kota Eri optimis bahwa angka tersebut dapat dikurangi hingga akhir bulan Desember 2023 atau Januari 2024 mendatang.
Eri Cahyadi menyoroti bahwa anak-anak yang mengalami stunting seringkali memiliki penyakit bawaan, membuat penanganan menjadi lebih rumit. Upaya penanganan harus fokus pada penyembuhan atau setidaknya mengurangi dampak penyakit tersebut sebelum bisa memulai peningkatan berat badan dan tinggi badan.
“Meskipun sulit jika ada penyakit bawaan seperti jantung, kami akan berusaha untuk menghilangkan penyakit tersebut terlebih dahulu agar dampaknya tidak terlalu besar. Setelah itu, barulah kami dapat bergerak menuju peningkatan berat badan dan tinggi badan,” ungkapnya.
Wali Kota Eri juga menegaskan bahwa 27 kelurahan di Kota Surabaya telah mencapai zero stunting, dengan tiga puskesmas yang turut berhasil mencapainya. Prestasi ini diakui sebagai hasil kerja keras lurah, kepala puskesmas, dan semua stakeholder di wilayah tersebut. Eri Cahyadi menekankan bahwa prestasi tersebut seharusnya dihargai dengan pemberian reward, yang dapat mempengaruhi kenaikan jabatan di Pemerintah Kota Surabaya.
“Ketika seseorang mencapai prestasi, poinnya bisa lebih tinggi, dan mungkin dapat menggeser pejabat di atasnya,” tegas Eri.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Surabaya mencapai 4,8 persen, menurun signifikan dari 28,9 persen pada tahun 2021. Eri Cahyadi menyampaikan harapannya agar angka stunting terus menurun di tahun 2023, dan pemerintah siap memberikan reward kepada wilayah yang berhasil mencapai zero stunting.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani Eri Cahyadi, menyambut baik penurunan kasus stunting di Surabaya. Meskipun demikian, ia menegaskan komitmen untuk terus memperkuat pendampingan kepada ibu-ibu yang memiliki anak stunting. “Pendampingan PKK tidak hanya sebatas gizi, tetapi juga mencakup pola asuh, terutama bagi ibu-ibu muda. Kami akan lebih memperkuat pendampingan di bawah,” pungkasnya. (mi)